Bahaya matcha sering kali terabaikan karena citra sehat yang melekat pada teh hijau bubuk ini. Matcha dikenal luas sebagai minuman yang menenangkan, menyehatkan, dan kaya antioksidan. Namun, di balik warna hijaunya yang menawan, matcha juga menyimpan sejumlah potensi risiko yang perlu diperhatikan, terutama bila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan atau tanpa memperhatikan kondisi tubuh.

Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas matcha melonjak pesat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tak hanya dijadikan minuman, bubuk matcha kini juga digunakan dalam es krim, kue, smoothie, hingga produk kecantikan. Namun, para ahli gizi mulai mengingatkan bahwa segala sesuatu yang “terlalu sehat” pun bisa menimbulkan efek samping bila tidak dikonsumsi dengan bijak.

1. Bahaya Matcha: Kandungan Kafein Tinggi Bisa Picu Gangguan Jantung

Salah satu bahaya matcha yang paling umum adalah kandungan kafeinnya yang tinggi. Meski berasal dari teh hijau, matcha mengandung kafein sekitar 70 mg per cangkir, hampir setara dengan secangkir kopi.

Kafein berfungsi sebagai stimulan alami yang dapat meningkatkan fokus dan energi. Namun, pada sebagian orang—terutama yang sensitif terhadap kafein—konsumsi berlebihan bisa menyebabkan:
Sering Minum Matcha? Hati-hati, Ini Efek Samping Matcha Jika Terlalu Banyak!

  • Detak jantung meningkat

  • Rasa cemas atau gelisah

  • Gangguan tidur

  • Tekanan darah naik

Menurut American Heart Association, konsumsi kafein berlebih dapat meningkatkan risiko aritmia (detak jantung tidak teratur) dan tekanan darah tinggi. Karena matcha dikonsumsi dalam bentuk bubuk teh utuh, bukan hasil seduhan seperti teh biasa, kadar kafein yang masuk ke tubuh lebih pekat.

Jika Anda memiliki riwayat gangguan jantung atau hipertensi, sebaiknya batasi konsumsi matcha tidak lebih dari 1 cangkir per hari.

2. Bahaya Matcha terhadap Hati: Risiko Hepatotoksisitas

Bahaya matcha berikutnya berhubungan dengan fungsi hati. Beberapa penelitian menemukan bahwa konsumsi ekstrak teh hijau pekat—termasuk matcha—dalam dosis tinggi bisa menyebabkan hepatotoksisitas, yaitu kerusakan hati akibat zat kimia.

Matcha mengandung epigallocatechin gallate (EGCG), senyawa polifenol kuat yang berfungsi sebagai antioksidan. EGCG dalam kadar sedang memang bermanfaat, tapi bila dikonsumsi berlebihan, dapat membebani organ hati dan memicu peradangan.

Studi di Journal of Dietary Supplements (2018) menyebutkan bahwa konsumsi lebih dari 800 mg EGCG per hari bisa menyebabkan peningkatan enzim hati. Gejalanya meliputi:

  • Mual

  • Nyeri perut kanan atas

  • Kuning pada kulit atau mata (jaundice)

Maka dari itu, mengonsumsi matcha harus disertai pengaturan dosis dan memperhatikan kondisi tubuh. Jangan minum matcha sebagai pengganti air putih atau minuman harian utama.

3. Bahaya Matcha: Potensi Paparan Logam Berat

Salah satu bahaya tersembunyi dari matcha adalah potensi kontaminasi logam berat, terutama timbal (Pb) dan arsenik. Karena matcha dibuat dari daun teh yang digiling utuh, semua kandungan dalam daun—termasuk zat berbahaya dari tanah tempatnya tumbuh—ikut terkonsumsi.

Penelitian dari Environmental Science & Technology Journal mencatat bahwa daun teh yang ditanam di tanah tercemar bisa menyerap logam berat hingga 5–6 kali lebih banyak dibanding tanaman lain. Bila dikonsumsi terus-menerus, logam berat ini dapat menumpuk dalam tubuh dan menimbulkan efek jangka panjang seperti:
Artikel | Masindo

  • Kerusakan ginjal

  • Gangguan saraf

  • Penurunan daya ingat

  • Risiko kanker

Untuk menghindari bahaya matcha ini, pastikan membeli produk matcha yang bersertifikat organik, berasal dari Jepang atau daerah dengan kontrol ketat terhadap kualitas tanah dan air.

4. Bahaya Matcha pada Pencernaan: Asam Lambung dan Sembelit

Walaupun matcha sering dikaitkan dengan kesehatan usus, kenyataannya tidak semua orang cocok mengonsumsinya. Salah satu bahaya matcha bagi pencernaan adalah peningkatan asam lambung dan risiko sembelit.

Matcha bersifat asam dan mengandung tanin yang dapat memicu produksi asam lambung berlebih. Orang dengan riwayat maag atau GERD sebaiknya berhati-hati karena bisa mengalami gejala seperti:

  • Perut terasa perih

  • Mual

  • Rasa panas di dada (heartburn)

Selain itu, tanin dalam matcha dapat menghambat penyerapan zat besi dari makanan dan memicu sembelit bila dikonsumsi tanpa cukup cairan. Karena itu, sebaiknya hindari minum matcha dalam keadaan perut kosong atau sebelum tidur.

5. Bahaya Matcha: Efek Samping terhadap Ibu Hamil dan Menyusui

Bagi ibu hamil, bahaya matcha tak bisa diabaikan. Kandungan kafein dan katekin yang tinggi dapat mengganggu penyerapan asam folat—zat penting untuk perkembangan janin. Kekurangan asam folat dapat meningkatkan risiko cacat tabung saraf pada bayi.

Selain itu, kafein dalam matcha bisa menembus plasenta dan memengaruhi detak jantung janin. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan ibu hamil tidak mengonsumsi lebih dari 200 mg kafein per hari. Satu cangkir matcha bisa menyumbang 30–70 mg kafein, tergantung kekentalannya.

Untuk ibu menyusui, kafein dapat masuk ke ASI dan membuat bayi menjadi lebih rewel atau sulit tidur. Oleh karena itu, sebaiknya batasi konsumsi matcha selama masa kehamilan dan menyusui.

6. Bahaya Matcha: Alergi dan Reaksi Imun

Meski jarang, beberapa orang dapat mengalami reaksi alergi terhadap matcha. Gejala yang mungkin muncul meliputi:

  • Gatal-gatal di mulut atau tenggorokan

  • Ruam kulit

  • Pembengkakan bibir

  • Sesak napas

Alergi ini bisa disebabkan oleh protein tertentu dalam daun teh atau sisa pestisida dari proses penanaman. Jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap teh hijau atau tanaman sejenis, sebaiknya lakukan uji alergi terlebih dahulu sebelum rutin mengonsumsi matcha.

Selain itu, kandungan antioksidan tinggi dalam matcha juga dapat menurunkan efektivitas obat tertentu, terutama obat pengencer darah seperti warfarin. Konsultasikan dengan dokter jika Anda sedang menjalani pengobatan khusus.

7. Bahaya Matcha: Efek Psikologis dari Konsumsi Berlebihan
Bahaya Minum Matcha Berlebihan: Risiko Anemia Hingga Palpitasi Jantung, Begini Penjelasan Ilmiahnya! - Pontianak Post

Efek terakhir dari bahaya matcha yang sering diabaikan adalah dampaknya terhadap kesehatan mental dan psikologis. Kandungan kafein dan teanin memang memberikan efek menenangkan sekaligus meningkatkan fokus. Namun, pada dosis tinggi, efeknya bisa berbalik:

  • Meningkatkan rasa cemas

  • Menimbulkan insomnia

  • Menurunkan konsentrasi

  • Meningkatkan iritabilitas

Bagi orang yang memiliki gangguan kecemasan atau depresi, konsumsi matcha berlebihan justru bisa memperparah gejala. Karena itu, penting menjaga keseimbangan antara manfaat dan dosis konsumsi.


Baca juga : Hari Menopause Sedunia: Momentum Penting Bagi Perempuan di Seluruh Dunia


Manfaat Matcha yang Tetap Perlu Diakui

Meskipun pembahasan ini berfokus pada bahaya matcha, bukan berarti matcha tidak memiliki manfaat. Dalam dosis wajar, matcha terbukti:

  • Kaya antioksidan yang dapat melawan radikal bebas

  • Membantu meningkatkan fokus berkat kombinasi kafein dan L-theanine

  • Mendukung metabolisme tubuh dan pembakaran lemak

  • Membantu menurunkan risiko diabetes dan penyakit jantung

Namun, seperti prinsip nutrisi pada umumnya, takaran dan frekuensi konsumsi menjadi kunci utama. Satu hingga dua cangkir matcha per hari umumnya masih aman bagi orang dewasa sehat.

Tips Aman Mengonsumsi Matcha agar Terhindar dari Bahaya

Agar bisa menikmati manfaat tanpa terkena bahaya matcha, berikut panduan yang disarankan ahli gizi:

  1. Batasi konsumsi maksimal 1–2 cangkir matcha per hari.

  2. Hindari perut kosong saat meminumnya untuk mencegah iritasi lambung.

  3. Pilih produk organik dari sumber terpercaya untuk menghindari logam berat.

  4. Minum cukup air putih untuk membantu proses detoksifikasi tubuh.

  5. Jangan campur dengan terlalu banyak gula atau susu karena bisa mengurangi manfaat alami matcha.

  6. Hindari konsumsi malam hari agar tidak mengganggu tidur.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, Anda tetap bisa menikmati matcha dengan aman tanpa mengorbankan kesehatan.

Pandangan Ahli Gizi tentang Bahaya Matcha

Menurut Dr. Hana Lestari, ahli gizi klinis dari Universitas Indonesia, “Matcha memang menyehatkan bila dikonsumsi dengan benar. Namun, karena bentuknya adalah bubuk teh utuh, efek zat aktifnya jadi lebih kuat dibanding teh hijau biasa. Jadi, dosis harian harus diperhatikan.”

Ia menambahkan bahwa tubuh setiap orang memiliki toleransi berbeda terhadap kafein. “Jika Anda merasa jantung berdebar setelah minum matcha, itu tanda tubuh tidak bisa menerima dosis kafein tersebut,” jelasnya.

Dr. Hana juga menekankan pentingnya memilih matcha berkualitas tinggi. Produk murah atau tidak bersertifikat bisa mengandung pestisida dan logam berat yang membahayakan ginjal dan hati.


Perbandingan Matcha dengan Teh Hijau Biasa

Aspek Matcha Teh Hijau Biasa
Bentuk Bubuk dari daun utuh Seduhan daun kering
Kafein 60–70 mg per cangkir 20–30 mg per cangkir
Antioksidan (EGCG) Lebih tinggi Lebih rendah
Risiko Bahaya Lebih besar jika berlebihan Lebih ringan
Manfaat Fokus, energi, metabolisme Relaksasi, pencernaan

Tabel di atas menunjukkan bahwa meski matcha memiliki kandungan gizi lebih tinggi, potensi risikonya juga meningkat. Oleh karena itu, keseimbangan konsumsi menjadi faktor penentu antara manfaat dan bahaya.

Kesimpulan: Kenali dan Batasi Konsumsi Matcha

Popularitas matcha di era modern telah mengubahnya menjadi simbol gaya hidup sehat. Namun, di balik manfaatnya yang menakjubkan, terdapat berbagai bahaya matcha yang tidak boleh diabaikan — mulai dari gangguan jantung, kerusakan hati, hingga paparan logam berat.

Kunci utamanya adalah moderasi dan kualitas. Konsumsilah matcha secukupnya, pilih produk organik, dan perhatikan kondisi tubuh. Jika Anda merasakan gejala tidak biasa setelah minum matcha, segera hentikan dan konsultasikan ke dokter.

Dengan pengetahuan yang tepat, Anda tetap bisa menikmati matcha dengan aman, tanpa harus khawatir akan dampak buruknya.

#Kesehatan #Enak4d#Hidupsehat #Matcha